Mazhab Kufah dalam ilmu nahwu




a.         Latar Belakang Lahirnya Kufah Sebagai Aliran Ilmu Nahwu.

Ilmu nahwu di Kufah berlangsung sekitar seabad setelah Basrah. Kajian ilmu nahwu sangat berhubungan dengan tempat, suku dan kehidupan didalamnya. Dari sudut geografis, Kufah merupakan jalur perdagangan dan tempat pergantian kebudayaan. Kareakter kehidupannya adalah militer sehingga sebagian dari mereka adalah apara imigran yang berasal dari ahli qiraah, ahli figh dan para penyair. Adapu para ahli qiraah ada tiga dari tujuh ahli qiraah yang terkenal yaitu Aaim bin Abi al- Nujud, Hamzah bin abi al-Ziyad dan Hamzah al-Khisa’i. Mereka adalah ahli qira’ah al-Quran, hadis nabawi, ushul figh, dan pengajaran ayat-ayat makham. Sedangkan para pemuda disamping meriwayatkan syair juga belajar sastra.

Ketika para intelektual Basrah sedang mengalami masa kemunduran dalam kajian bahasa dan nahwu, Kufah justru bergeliat dalam pengembangan kajian agama, periwayatan syair dan sastra pada saat itu pula muncul nama al-Kisa’ sebagai tokoh penting dalam lahirnya aliran ilmu nahwu Kufah yang juga dikembangkan oleh muridnya Yahya bin Ziyad al-Fira’.

b.         Periodesasi dalam aliran Kufah

Terdapat lima generasi pada madrasah Kufah, diantaranya adalah

1.         Generasi pertama

Pada generasi ini kajian nahwu masih masih menggunakan model kajian aliran Basrah. Belum ada pendapat yang dapat diperhitungkan sebagai pendapat dari ulama Kufah. Tokoh pada generasi ini yaitu

-          Mu’az al-Farra’i bernama lengkap Abu Muslim Mu’az Ibn Muslim al-Farra’i,
tinggal di Kufah dan mendalami ilmu nahwu bersama anak dari saudaranya yaitu al-Ru’sai dan menyebarkan prinsip-prinsip nahwu aliran Basrah, ia adalah orang pertama yang menyusun buku tentang ta’rif.

-          Al-Ru’asi, bernama lengkap abu Ja’far Muhammad Ibn al-Hasan. Beliau di juluki
al-Ru’asi karena mempunyai kepala yang besar. Ia mengarang kitab nahwu al-Faial, yaitu kitab pertama kali muncul yang membahas tentang study nahwu aliran kufah.

2.         Generasi kedua

Karakter pada periode ini menggunakan siasat dalam meraih atau mengembangkan pengetahuaannya dengan membaca kitab sibawaih secara sembunyi-sembunyi, berdiskusi dengan para tokoh aliran Basrah. Tokohnya adalah al-Kisa’i, beliau bernama lengkap Abu Hasan Ali bin Hamzah, berkebangsaan Persia. Sedangkan al-Kisa’i merupakan julukan yang diberikan kepadanya. Julukan tersebu diperoleh karena beliau pernah menghadiri sebuah forum Hamzah ibn Habib al-Ziyad dengan menggunakan baju yang hitam dan mahal. Ia dilahirkan di kufah pada tahun 119 H dan wafat pada tahun 189 H dalam perjalan menuju Tus (sebuah wilyah di Persia).

3.         Generasi ketiga

Karakter generasi ini adalah semakin maraknya penulisan baik dalam ilmu agama maupun ilmu bahasa dan mulai otonomnya ilmu sharaf. Masa ini pula mulai kosentrasi penulisan tentang nahwu secara terpisah dari sharaf. Perhatian khusus terhadap kesalahan lisan secara umum dan upaya memeperbaikinya. Merebaknya perdebatan antarakelompok Basrah dan Kufah serta lahirnya istillah nahu Kufah. Diantaratokohnya adalah

-          Al-Amar (w 194 H)
-          Al- Farrai’ (144-207 H)
-          Hisyam al-Arir (w 209 H)
-          Al- Lihyani (w 220 H)

4.      Generasi keempat

Karakter generasi ini pada umumnya tidak jauh berbeda dengan generasi sebelumnya (ketiga), hanya sudah mulai berkurang kegiatan menyusun karangan sampai batas tertentu. Tidak muncul pendapat-pendapat khas pada bidang nahu dan sharf pada generasi ini karena sebagian besar generasi tersebut mempertimbangkan pendapat-pendapat ahli nahu kufah sebelumnya. Tokoh-tokoh pada periode ini adalah

-          Ibnu Sa’dan (161-231 H)
-          Al- Huwal (w 234 H)
-          Ibnu Qadim (w 251 H)

5.      Generasi kelima

Karakter pada generasi ini adalah pengetahuan yang beraneka ragam seperti nahwu, bahasa dan balaghah. Selain itu juga banyak penulisan karya dari berbagai ilmu pengetahuan. Salah satu tokohnya  adalah Sa’lab, beliau lahir pada tahu 200 H bernama lengkap Abu al-Abbas Ahmad ibn Yahya ibn Yazid, tetapi terkenal dengan Sa’lab, beliau berkebangsaan Persia, namun lahir dan tumbuh di Bagdad. Sejak kecil beliau sudah mempelajari berbagai ilmu : membaca, menulis, menghafal al-Quran dan syair Arab. Diantara karnya adalah Majalis Sa’lab, al-faraih, Qawaidul al-Syi’ri, Ikhtilafu al-Nahwiyiin, maa ya’arifu wa maa laa yan’arif.

 

image : masdewo.wordpress.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mazhab Kufah dalam ilmu nahwu"

Post a Comment