Belajarlah dengan rasa gembira


            Banyak yang mengeluhkan tentang susahnya menghapal ilmu, hadits, syair-syair dll ketika mereka sedang belajar. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang menyerah dan berhenti ditengah jalan.

Bahkan diantara mereka ada yang alergi ketika mendengar kata-kata “hapalan” khususnya bagi para Mahasantri yang telah berumur. Saya beri contoh misalnya dipesantren salaf, diperintahkan bagi tiap santri untuk menghapal nadzom-nadzom, matan-matan dll seperti amtsilah tasrif, matan ajurrumiyyah, matan mutammimah dll. hal ini menjadi beban bagi para santri sehingga membuat mereka kapok bahkan ada yang kabur dari pondok karena merasa hapalan itu sebuah beban.

Ada sebuah hadits :

عَلَامَةُ حُبِّ اللهِ دَوَامُ ذِكْرِهِ لِأَنَّ مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا أَكْثَرَ ذِكْرَهُ
Tanda cinta kepada Allah adalah terus menerus mengingatNya karena sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu ia akan memperbanyak mengingatnya

            Benar sekali apa yang disabdakan Rasulullah SAW bahwa apabila seseorang telah mencintai sesuatu ia akan banyak mengingatnya, maka orang yang mencintai dunia maka dimanapun kapanpun ia pasti akan banyak mengingat dunia, begitu juga barangsiapa yang mencintai ilmu maka dimanapun kapanpun dalam kondisi apapun ia akan mengingat ilmu tersebut. Maka cintailah ilmu niscaya kita akan banyak mengingatnya !

            Diceritakan, pernah ada seorang santri yang nyantri di tarim hadromaut yaman tempat para ulama berkumpul dan mengajarkan ilmu. Pada saat itu rubat tarim dipimpin oleh Habib Abdullah bin Umar as-Syatiri Rhm. Setelah 4 tahun nyantri ditarim ia minta izin untuk pulang kepada habib Abdullah, lalu habib berkata, “ kenapa kamu ingin pulang?” lalu “Bebal otak saya ini. Untuk menghafalkan setengah mati, tidak pantas saya menuntut ilmu, saya minta izin mau pulang.” Habib Abdullah berkata “Jangan dulu, sabar.” “Sudah Bib, saya sudah empat tahun bersabar, sudah tidak kuat, lebih baik saya menikah saja.” Lalu beliau berkata “Sebentar, saya mau mengetes dulu bagaimana kemampuanmu menuntut ilmu.” santri itu menjawab “Sudah bib, saya menghafalkan setengah mati, tidak hafal- hafal.”
           
Habib Abdullah kemudian masuk ke kamar, mengambil surat-surat untuk santri itu. Pada masa itu surat-surat dari Indonesia ketika sampai di Tarim tidak langsung diberikan. Surat tersebut tidak akan diberikan kecuali setelah santri itu menuntut ilmu selama 15 tahun. Kemudian Habib Abdullah menyerahkan seluruh surat itu kepadanya, kecuali satu surat. Setelah diterima, dibacalah surat-surat itu sampai selesai. Satu surat yang tersisa kemudian diserahkan. “Ini surat siapa?” tanya Habib. “Owh, itu surat ibu saya.” “Bacalah!”

Santri itu menerima surat dengan perasaan senang, kemudian dibacanya sampai selesai. Saat membaca, kadang dia tersenyum sendiri, sesekali diam merenung, dan sesekali dia sedih. “Sudah kamu baca?” tanya beliau lagi. “Sudah ya habib.” “Berapa kali?” tanya beliau. “Satu kali ya habib." “Tutup surat itu! Apa kata ibumu?” “Ibu saya berkata saya disuruh mencari ilmu yang bener, bapak sudah membeli mobil baru. Adik saya sudah diterima bekerja di sini, dan lain-lain.”

Isi surat yang panjang itu dia berhasil menceritakannya dengan lancar dan lengkap. Tidak ada yang terlewatkan. “Baca satu kali kok hafal? Katanya bebal gak hafal-hafal, sekarang sekali baca kok langsung hafal dan bisa menyampaikan.” kata Habib dengan pandangan serius. Santri itu bingung tidak bisa menjawab. Dia menganggap selama ini dirinya adalah seorang yang bodoh dan tidak punya harapan. Sudah berusaha sekuat tenaga mempelajari ilmu agama, dia merasa gagal. Tetapi membaca surat ibunya satu kali saja, dia langsung paham dan hafal.

Habib Abdullah akhirnya menjelaskan kenapa semua ini bisa terjadi. Beliau mengatakan:
ﻷﻧﻚ ﻗﺮﺃﺕ ﺭﺳﺎﻟﺔ ﺃﻣﻚ ﺑﺎﻟﻔﺮﺡ ﻓﻠﻮ ﻗﺮﺃﺕ ﺭﺳﺎﻟﺔ ﻧﺒﻴﻚ ﺑﺎﻟﻔﺮﺡ ﻟﺤﻔﻈﺖ ﺑﺎﻟﺴﺮﻋﺔ
Sebab ketika engkau membaca surat dari ibumu itu dengan perasaan gembira. Ini ibumu, coba jika engkau membaca syariat Nabi Muhammad Saw dengan bahagia dan bangga, ini adalah Nabiku, niscaya engkau sekali baca pasti langsung hafal. ”
           

 gambar : http://www.shnews.co/foto_berita/19santri-lazuardibirru.org.jpg




Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Belajarlah dengan rasa gembira"