image : beritadaerah.co.id |
Ramai sekarang kita lihat fenomena
da’i-da’I instan, yang merebak dari
mulai kalangan masyarakat awam hingga para artis, mereka pun berlomba-lomba
menjadi da’I (orang yang menyeru ke jalan Allah).
Artis taubat
langsung berubah menjadi da’I, pemain band taubat langsung berubah menjadi
da’I, hal ini menjadikan banyak sekali bertebar da’I da’I baru disana sini. Sehingga
rumit bagi kita mencari dan membedakan mana da’I yang pantas kita ikuti dan
mana yang tidak layak sama sekali untuk ditiru.
Terlebih
masyarakat kita yang sudah sangat aneh pola pikirnya, jauh sekali dari pola
pikir para salafunashaleh yang mana
mereka lebih mengedepankan ilmu bukan tampilan. Aneh bin ajaib, Masyarakat sekarang
lebih cenderung kepada mereka yang hanya bisa membuat tertawa
terpingkal-pingkal, lebih ta’dzim kepada mereka yang retorika bicaranya indah,
lebih memuliakan mereka yang diundang untuk berceramah sesekali saja, sehingga
melupakan dan meremehkan guru-guru yang mengajar ilmu-ilmu dasar, dimulai dari
Alif-ba-ta-tsanya, ilmu tajwidnya, dan pendidik rohani mereka secara intens setiap
hari.
Buktinya
masyarakat lebih takjub dengan artis yang mereka undang berceramah ketimbang
guru kitab kuning yang setiap hari mengajarkan kita dimulai dari tharahahnya sampai
ibadah-ibadah lainnya, ini hal yang harus diperbaiki.
Syaikh
Abdul Wahab as-Sya’rani berkata, “ Para salaf shalih selalu bersikap sopan dan
hormat kepada orang yang mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka saat mereka masih
kecil, walaupun yang diajarkannya itu hanya satu ayat. Mereka tidak berani
melintas di depannya dengan menunggang kendaraan, bahkan sama sekali tidak
berani mendahuluinya jika sedang berjalan, meskipun mereka sudah menjadi seorang
guru besar islam, atau seorang syaikh dalam sebuah tarekat”.
Coba
lihatlah apa yang dinyatakan oleh syaikh as-Sya’rani bagaimana adab dan
tatakrama para pendahulu kita kepada guru-guru mereka terlebih guru
alif-ba-ta-tsa mereka. marilah kita mencontoh kehidupan mereka Radhiallahu
‘ahum.
Diceritakan
oleh beliau Rhm, “seringkali para salaf shalih memberikan berbagai macam hadiah
dan pakaian kepada guru mereka, juga kepada keluarga dan keturunannya, sebagai
bentuk penghormatan dan tanda terimakash. demikian juga mereka memperlakukan
para faqih (ahli fiqih) yang mengajarkan Al-Qur’an anak-anak mereka. namun
demikian, mereka tidak terlalu banyak memberikan hal-hal yang bersifat
duniawi.”
Bersambung,
insyaAllah disambung kembali, ingin shalat tarawih dulu J
0 Response to "Antara penceramah dengan guru alif-ba-ta-tsa"
Post a Comment