Salah belajar membuat sering menyalahkan

image : 2menit.com


            Sering kita melihat saat ini, ada segelintir orang yang mana mereka bisa berbicara bahasa arab, menghafal beberapa ayat-ayat al-Qur’an dan hadits, namun mereka sering menyalahkan ini dan itu. Akibatnya banyak masyarakat yang merasa geram akibat perbuatan mereka itu, namun apalah daya masyarakat kita tergolong masyarakat yang semangat belajarnya pun sangat minim mereka kesal namun mereka pun tak bisa membalas dengan argument atau dalil yang kuat sehingga berujung pada cacian, makian dan celaan. Hal ini sungguh jauh dari apa yang diajarkan Rasulullah SAW dan para pendahulu kita.

            Jangankan kepada sesama muslim, kepada orang kafir pun kita tidak boleh mencela atau memaki tuhan-tuhan yang mereka sembah, sebagaiman firmanNya SWT :

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan (al-An’am 108).

            Bagaimana kita mencela orang islam yang mana mereka masih saudara kita ? cukuplah dikatakan sebagai pengikut iblis orang yang suka melaknat dan mencela orang lain bahkan mencela tergolong dari kefasikan, karena Rasulullah SAW bersabda,

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ.
"Mencaci orang Islam adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

            Kelompok Ahli menyalahkan ini muncul anehnya dari orang-orang yang semangat keberagamaan mereka tinggi, bahkan nilai intelektualnya pun ada, akan tetapi mereka belajar kepada salah guru, sehingga mereka di arahkan untuk selalu menyalahkan orang lain, dididik untuk merasa dirinya selalu benar. Seperti halnya orang-orang NII yang sering saya temui, yang selalu merasa bahwa islamnyalah yang paling Haq, selain mereka dikategorikan sebagai orang kafir. Naudzubillah.

            Maka agar tidak bertambah orang-orang semacam ini, al-Faqir mempunyai saran dan masukan bagi para pembaca yang budiman agar tidak salah didalam memilih guru :

1.         carilah guru yang tidak haus akan dunia dan kedudukan.
2.         pernah belajar kepada seorang guru yang memiliki silsilah pembimbingan sampai kepada Rasulullah SAW, lain dengan mereka yang tidak jelas silsilah keguruannya.
3.         Memiliki riadhah yang baik.
4.         Banyak mengikuti Rasulullah SAW dari mulai berpakaian, berkata dan bertingkah laku.
5.         guru tersebut mempunyai akhlaq yang mulia
6.         tidak suka membesar-besarkan hal yang furu’iyyah sehingga menimbulkan perpecahan dan permusuhan.
7.         memiliki kredibilitas didalam ilmu syariat.
           
            Ada sebuah kisah yang menarik, yang di ceritakan oleh al-Habib Ali al-Jufri dalam sebuah halaqah pernah saya tonton, beliau menceritakan bahwa ada seseorang pemuda yang hendak belajar disebuah masjid akan tetapi terdapat 2 halaqah, ia bingung lalu ada kawannya yang mengajak, “ ayo kita duduk dimajelis ini”, kemudian pemuda tadi berdiri didepan halaqah syaikh yang pertama. Ia sambil melihat ke arah syaikh pertama, lalu syaikh itu pertama, “ duduk ditempatmu !” pemuda itu menjawab, “tidak, aku tidak akan duduk karena ada kesal padamu” syaikh itu menjawab, “ bahkan aku 1000 kali lebih kesal kepadamu !!” sambil berkata ketus.

            Lalu kemudian pemuda itu berjalan kepada halaqah kedua, ia melakukan hal yang sama kepada syaikh halaqah itu sebagaimana syaikh pertama. Kemudian syaikh itu berkata, “maukah engkau duduk?” dengan ucapan yang santun. Lalu pemuda itu berkata“tidak, aku tidak akan duduk karena ada kesal padamu”. Lalu syaikh itu menangis seraya beristighfar merasa sedih karena ia merasa bersalah terhadap pemuda itu. Kemudian pemuda itu berkata kepada kawannya, “ayo kita duduk dimajelis ini”. Subhanallah kisah yang luar biasa.

            Dari kisah diatas kita dapat membedakan manakah yang lebih baik dijadikan sebagai guru dan pembimbing kita, karena ketika kita menjadikan seseorang itu sebagai guru dan pembimbing kita, otomatis kita pun harus mencintainya. Dan ketika cinta itu ada maka secara otomatis ilmu-ilmu akan terserap kedalam diri sang murid tadi.

            Jika seseorang berguru kepada orang yang suka menyalahkan maka muridnya pun akan sering menyalahkan orang, jika seseorang berguru kepada guru yang cinta akan ilmu, sang muridpun akan menjadi cinta akan ilmu, jika seseorang berguru dengan orang yang cinta akan Rasulullah SAW, maka otomatis ia akan menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah SAW.

            Menyalahkan ada baiknya jika yang kita salahkan memang benar salah, namun menyalahkan dengan sikap yang tergesa-gesa, adalah perbuatan tercela dan hal tersebut dikarenakan kedangkalan ilmunya.


Salah belajar, menjadikan orang belajar menyalahkan … J

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Salah belajar membuat sering menyalahkan "

Post a Comment