Selektiflah dalam memberi nasehat

image : financiallyfreein5years.com


Siapa yang tidak tahu akan pentingnya nasehat, nasehat merupakan tugas para Nabi dan RasulNya, kemudian diteruskan oleh para ulama-ulamaNya. Bahkan Karena sangat pentingnya nasehat, siapa yang tidak saling menasehati maka ia tergolong kedalam orang yang celaka dan merugi. Sebagaimana firmanNya SWT didalam surat al-Ashr :

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
Demi masa. (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, (2)
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (3) (al-Ashr 1-3)

            Bahkan didalam an-Nahl 125 bahwa kita diperintahkan untuk menyeru orang kejalan Allah dengan cara memberi nasehat yang baik.

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu (yakni agamaNya) dengan hikmah dan nasehat yang baik (an-Nahl 125)

            Jadi bukan nasehat yang tidak diperbolehkan, namun kita juga harus bersiasat didalam memberikan nasehat. Hal ini dikatakan oleh Syaikh Abdul Wahab as-Sya’rani Rhm, “ para salaf shalih tidak sembarangan memberikan nasehat. Mereka hanya memberikan nasehat kepada orang-orang yang datang memintanya dalam keadaan terbuka dan mau mendengar serta mengamalkan nasihatnya. Jika mereka tau bahwa yang emminta nasihat itu tidak akan mengamalkan nasehat yang mereka berikan, mereka lebih memilih untuk menghindarinya  sambil menunggu sampai ada orang yang dianggap bisa memberinya nasehat, sehingga menasehatinya bisa diamalkan.”

            Mengapa nasehat tidak diamalkan ? jawabannya, karena hawa nafsu & rasa takabbur yang telah mendarah daging pada mereka yang tidak mau menerima nasehat, bahkan lebih parahnya hal ini tidak hanya diderita oleh kebanyakan orang awam, akan tetapi dari kalangan orang yang mereka mengerti ilmu syariat & agama. Na’udzubillah.

            Hamid al-Laffaf Rhm berkata, “ Janganlah engkau memberi nasehat selain kepada orang yang kau anggap dia akan mengamalkan nasehatmu, jika engkau tahu bahwa dia tidak akan mengamalkannya, lebih baik engkau tidak menasehatinya. Berhati-hatilah, jangan sampai engkau meminta kuasa kepada seseorang. Sungguh dizaman sekarang setiap orang telah mengaku diri sebagai bapak si anu. Engkau juga jangan berpegang kepada seseorang, sebab hawa nafsu telah menyebar secara menyeluruh”.

            Syaikh Abdul Wahab as-Sya’rani pernah mengamalkan ini beliau menuturkan, “ menurutku, apa yang dikemukakan diatas benar adanya, dan diriku pernah mengalaminya. Suatu ketika aku menasehati seseorang tokoh sejawatku agar ia tidak makan sesuatu dari rumahnya orang zalim. Dan itu malah membuat hubungan kami terputus, selama tujuh tahun ia tidak mau berbicara denganku lagi, selain di acara-acara besar.

            Pantas saja, umat semakin mundur dan tertinggal sebab umatnya tidak mau mengamalkan ajarannya. Selayaknya tiap-tiap pribadi meminta nasehat kepada orang yang dipandang layak untuk memberi nasehat, jangan selalu menunggu diberi nasehat, sebagaimana seorang sahabat yang meminta nasehat kepada Rasulullah SAW, “ wahai Rasulullah, nasehatilah aku”, kemudian Rasulullah SAW bersabda, “ jangan marah”.

            Marilah kita membuka hati kita dan telinga kita untuk siap menerima nasehat, karena nasehat itu ibarat obat, perih rasanya pahit diterima tapi menyembuhkan . Wallahua’lam

            

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Selektiflah dalam memberi nasehat "

Post a Comment