image : adibrawi.com |
Banyak
orang yang bingung ketika mereka dihadapi dengan segelintir orang yang
menyalahkan orang yang shalat tarawih 23 rakaat + witir. Mengapa ? karena yang
mereka baca dan kaji hanya beberapa rujukan saja. Mari kita lihat bagaimaa shalat
tarawih itu dan bagaimana sejarahnya.
Tarawih itu Ijma (kesepakatan para
ulama)
Ulama
sepakat bahwa shalat tarawih adalah sunnah, bahkan para ulama
hanafiyyah, Hanabilah dan sebagian dari kalangan Madzhab maliki meyakini bahwa
tarawih itu adalah sunnah muakkad bagi laki-laki dan perempuan. dan imam
Nawawi Rhm menganggap bahwa shalat tarawih termasuk dari shalat malam pada
bulan ramadhan , sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانَا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْذنْبِه
“Barang
siapa melakukan qiyam (lail) pada bulan Ramadhan, karena iman dan mencari
pahala, maka diampuni untuknya apa yang telah lalu dari dosanya.”
Tarawih berjamaah ?
Rasulullah
SAW shalat tarawih berjamaah pada beberapa malam, kemudian Rasulullah SAW tidak
berjamaah setelah itu karena khawatir shalat berjamaah tarawih itu menjadi hal
yang wajib bagi umatnya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah Ra, “
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى
مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ
الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي
صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ
أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ
Dari 'Aisyah Ummul
Mu'minin radliallahu 'anha berkata; "Pada suatu malam Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat di masjid, maka orang-orang
mengikuti shalat Beliau. Pada malam berikutnya Beliau kembali melaksanakan
shalat di masjid dan orang-orang yang mengikuti bertambah banyak. Pada malam
ketiga atau keempat, orang-orang banyak sudah berkumpul namun Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tidak keluar untuk shalat bersama mereka. Ketika
pagi harinya, Beliau bersabda: "Sungguh aku mengetahui apa yang kalian
lakukan tadi malam dan tidak ada yang menghalangi aku untuk keluar shalat
bersama kalian. Hanya saja aku khawatir nanti diwajibkan atas kalian".
Kejadian ini di bulan Ramadhan. (Shahih Bukhari)
Diriwayatkan oleh Abu dzar beliau
berkata, “
صُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ مِنْ
الشَّهْرِ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِنَا
فِي السَّادِسَةِ وَقَامَ بِنَا فِي الْخَامِسَةِ حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ
فَقُلْنَا لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِنَا
هَذِهِ فَقَالَ إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ
قِيَامُ لَيْلَةٍ ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ ثَلَاثٌ مِنْ الشَّهْرِ
وَصَلَّى بِنَا فِي الثَّالِثَةِ وَدَعَا أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ فَقَامَ بِنَا
حَتَّى تَخَوَّفْنَا الْفَلَاحَ قُلْتُ لَهُ وَمَا الْفَلَاحُ قَالَ السُّحُورُ
Kami
berpuasa bersama rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tidak
mengimami kami, sampai tersisa tujuh hari dari bulan Ramadhan, lantas beliau
shalat mengimami kami hingga seperti tiga malam, kemudian beliau tidak
mengimami kami pada hari keenam, dan mengimami pada hari ke limanya hingga
separo malam, lantas kami mengatakan kepada beliau: Wahai rasulullah kalau bisa
engkau mengimami kami shalat sunat (tarawih) pada malam-malam yang masih
tersisa ini, belau memjawab: sesungguhnya barangsiapa berdiri (mengerjakan
shalat tarawih) bersama imam sampai imam selesai dituliskan baginya (pahala)
qiyam layl. Kemudian beliau tidak mengimami kami sampai tersisa tiga hari,
lantas beliau mengimami kami pada hari ketiga(dari hari tersisa), beliau
mengajak keluarga dan istri-istrinya. Beliau mengimami kami sampai kami
khawatir terhadap falah, aku (Jubair Ibn Nufair) bertanya: apa falah itu?
Beliau (Abu Dzar) menjawab : Sahur. Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud,
An-Nasaiy, Ibn Majah dan al-Tirmizi, dan ia berkata : “Hadits hasan shahih”.
Adapun
yang pertama kali melaksanakan tarawih berjamaah full satu bulan adalah
Khulafa’urrasydin dimulai sejak zaman Umar bin khattab. Dan Umar Ra lah yang
pertama kali mengumpulkan orang-orang untuk shalat berjamaah tarawih dengan 1
imam.
"خرجت
مع عمر بن الخطاب رضي الله عنه ليلة في رمضان إلى المسجد، فإذا الناس أوزاع
متفرقون يصلي الرجل لنفسه، ويصلي الرجل فيصلي بصلاته الرهط، فقال عمر رضي الله
عنه: إني أرى لو جمعت هؤلاء على قارئ واحد لكان أمثل، ثم عزم فجمعهم على أبي بن
كعب، ثم خرجت معه ليلة أخرى والناس يصلون بصلاة قارئهم، قال عمر: (نعمت البدعة هذه
والتي ينامون عنها أفضل من الذين يقومون يريد آخر الليل وكان الناس يقومون أوله).
رواه البخاري)
"Suatu ketika aku
keluar ke Masjid bersama Umar Bin Khattab r.a. pada suatu malam di Bulan
Ramadhan, sedangkan orang-orang
terpisah-pisah, ada yang Shalat sendirian ada pula yang Shalat kemudian
diikuti oleh sekelompok orang. Kemudian
Umar berkata: "Sungguh aku memandang andai aku kumpulkan mereka pada satu
Imam tentunya itu lebih baik". Kemudian beliau mengumpulkan mereka pada
Ubay Bin Ka'ab, kemudian aku keluar bersama Umar pada malam lainnya sedangkan
orang-orang Shalat dengan Imam mereka, kemudian Umar berkata: "Sebaik-baik
Bid'ah adalah ini, sedangkan yang tidur terlebih dahulu kemudian bagun di akhir
malam itu lebih utama, sedangkan orang-orang melakukannya di awal malam".
(HR. Bukhari)
Dalam hal
ini apa yang dilakukan oleh Umar tidak diingkari oleh seorangpun dari Kalangan
Sahabat sedangkan hal ini belum ada sebelumnya akan tetapi mereka tahu bahwa
apa yang dilakukan oleh Sayyidina Umar tidaklah menyalahi as-Sunnah. Nabi
Muhammad SAW ketika memutuskan untuk tidak keluar di malam ketiga Ramadhan
hanya karena khawatir Qiyamullail tersebut diwajibkan atas mereka. Sedangkan
setelah Nabi Muhammad SAW wafat sehingga turunnya Wahyu tentang suatu Hukum itu
telah terhenti, pun di sana tiada satu hal yang mencegah mereka untuk Shalat
berjama'ah pada satu Imam di Masjid, terlebih dalam jama'ah itu tentunya lebih
sempurna dalam hal kekhusyu'an dan lebih banyak pula pahalanya dari pada Shalat
sendirian. Sedangkan Rasulullah SAW bersabda:
"عليكم
بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ". رواه أحمد - وأبو داود - والترمذي - وابن ماجه
"Hendaknya kalian
mengikuti Sunnahku dan Sunnahnya Khulafa' Ar-Rasyidin yang mendapatkan hidayah,
berpegang teguhlah dengan Sunnah tersebut". HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi,
Ibnu Majah.
Di sisi Rasulullah SAW juga bersabda:
"اقتدوا
باللذين من بعدي أبي بكر وعمر".
رواه أحمد-والترمذي- وابن ماجه
"Ikutilah 2 orang
ini setelahku, yaitu Abu Bakar dan Umar".
HR. Ahmad, Tirmidzi,
Ibnu Majah.
Perbedaan rakaat
Didalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah
al-Kuwaitiyyah dikatakan tentang definisi shalat tarawih secara istilah,
وصلاة التراويح : هي قيام شهر رمضان ، مثنى
مثنى ، على اختلاف بين الفقهاء في عدد ركعاتها .
Shalat tarawih adalah shalat
malam dibulan ramadhan, 2 rakaat 2 rakaat, dan bersamaan itu juga terdapat
perbedaan pendapat antara ahli fiqih didalam masalah jumlah bilangan rakaatnya.
Imam
suyuti berkata, “ yang tertera didalam hadits yang shahih hanyalah perintah
untuk shalat dimalam bulan ramadhan serta anjuran beribadah didalamnya tanpa
adanya pengkhususan jumlah bilangan rakaat dan Nabi SAW pun tidak menetapkan
bahwa tarawih itu 20 rakaat, dan Nabi SAW shalat begitu saja tanpa menyebutkan
rakaatnya ” (Mausu’ah Fiqhiyyah Quwaitiyyah)
Didalam
Mausu’ah Fiqhiyyah Quwaitiyyah disebutkan, bahwa Jumhur Ahli fiqih berpendapat
dari kalangan Hanafiyyah, syafi’iyyah, Hanabilah dan sebagian malikiyyah bahwa
Tarawih itu 20 rakaat, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Malik dari yazid
bin rawman dan Baihaqi dari saib bin yazid ialah orang yang shalat pada zaman
Umar bin khattab Ra 20 rakaat. Umar Ra mengumpukan orang-orang dengan jumlah
bilangan rakaat 20 yang dilakukan terus menerus. Berkata al-Kisa’I : “ Umar Ra
mengumpulkan sahabat Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan dan yang mengimami
mereka adalah ubay bin ka’ab maka ia mengimami mereka dengan 20 rakaat, dan
tidak ada satupun sahabat yang mengingkarinya, maka itu menjadi IJMA’ sahabat.
0 Response to "Shalat tarawih 8 atau 20 ? "
Post a Comment