Didalam
al-Qur’an Allah SWT berfirman bahwa Rasulullah SAW merupakan suri tauladan dan
sosok yang paling bagus untuk ditiru dan dicontoh, baik dari segi kehidupannya
sebagai seorang hamba Allah, atau dari segi kehidupannya sebagai kepala Negara,
atau dari segi kehidupannya sebagai kepala rumah tangga, atau dari segi
kehidupannya sebagai seorang pendidik.
Banyak
orang membanggakan metode pendidikan yang muncul dari barat sehingga banyak
orang berbondong-bondong belajar dan menuntut ilmu dari sana, meneliti bahkan
tiap kali mereka menulis sesuatu, mereka pasti menyertakan rujukan-rujukan dari
barat pula. Mengapa hal ini bisa terjadi ? jawabannya, karena ilmu Rasulullah
SAW mulai dipelajari didunia barat dan ditinggalkan oleh Umat islam itu
sendiri.
Padahal
jika kita hendak merujuk kepada apa yang diajarkan Rasul SAW kepada para
sahabat-sahabatnya, kita akan menemukan ilmu-ilmu yang luar biasa hebatnya
tentang bagaimana Rasulullah selaku seorang pendidik. Akan tetapi kita tidak
akan berbicara hal-hal yang rumit, melainkan kita akan berbicara tentang
bagaimana Rasulullah SAW mendidik para sahabatnya dengan penjelasan yang sangat
ringkas dan mudah dipahami.
Ikhlas didalam mendidik
وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ الْعَالَمِينَ
dan aku sekali-kali
tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari
Tuhan semesta alam (asyu’ara 109 & 127)
ini
adalah ucapan Para Rasul-Rasul sebelum Rasulullah SAW. Dimana mereka berdakwah,
mendidik, mengajarkan apa yang diajarkan Allah SWT dengan ikhlas & suka
rela, bukan didasari oleh ambisi keinginan memiliki dunia, popularitas, jabatan
dll. Ini adalah point utama yang harus dimiliki oleh seorang pendidik.
Ada
beberapa ciri yang nampak dari seorang pendidik yang ikhlas, namun hal ini
hanya untuk koreksi bagi diri kita bukan orang lain :
1. Orientasinya
bukan materi
2. Mujahadah
(totalitas) didalam mengajar
3. Berusaha
selalu ingin menjadi lebih baik dan lebih baik
4. Memperhatikan
keadaan orang yang diajarkannya
5. Tidak
mudah menyerah & tidak bosan-bosan untuk mengajar
Yang
perlu diperhatikan bahwa keikhlasan adalah kunci keberhasilan seorang guru
didalam mendidik dan keberhasilan seorang murid didalam belajar.
Apa yang dikatakan Rasulullah SAW
adalah yang diamalkannya
Disebutkan didalam sebuah riwayat
dari Aisyah Ra berkata, “akhlaq Rasulullah adalah al-Qur’an”, maknanya,
bahwa Rasulullah SAW beramal dengan apa yang ada didalam al-Qur’an dan menjauhi
setiap larangan yang ada didalam al-Qur’an.
Dalam memberikan
dakwah atau pendidikannya Nabi Muhammad menggunakan beberapa metode,
diantaranya:
1. Metode Graduasi (Al
Tadarruj)
Metode graduasi atau penahapan merupakan metode alqur’an dalam
membina masyarakat, baik dalam melenyapkan kepercayaan dan tradisi jahiliyah
maupun yang lain. Demikian pula dalam menanamkan aqidah, al qur’an juga
menggunakan metode graduasi ini. Oleh sebab al qur’an diturunkan kepada rasul
secara berangsur-angsur (bertahap), maka tidak heran juga ketika nabi
menerapkan konsep tersebut dalam penyampaian pendidikannya.
2. Metode Levelisasi
Penyampaian materi pelajaran yang dilakukan Nabi Muhammad SAW
sering berbeda antara orang satu dengan orang yang lain. Hal ini beliau
lakukan, karena beliau sangat memperhatikan level-level atau peringkat dan
kemampuan kecerdasan intelektual seseorang dalam menangkap sebuah pelajaran.
Demikian dilakuakan dengan tujuan agar materi yang disampaikan beliau
benar-benar bias diterima oleh peserta didik. Terkadang Rasulullah berbicara
tidak hanya memperhatikan tingkat kecerdasan seseorang saja, melainkan juga
memperhatikan kecerdasan emosionalnya.
3. Metode Variasi (Al-Tanwi’
Wa Al-Taghyir)
Untuk menghindari kejenuhan atau kebosanan para peserta didik,
Nabi Muhammad SAW membuat variasi waktu dalam memberikan pelajaran kepada para
sahabat.
Tidak hanya bervariasi dalam hal waktu, beliau juga memberikan
variasi-variasi dalam penyampaian materi pelajaran. Karena yang beliau ajarkan
adlah wahyu dari Allah SAW yang pada saat itu sedang dalam proses diturunkan.
Oleh sebab materi yang dikirimkan lewat wahyu itu bervariasi, maka secara
otomatis pendidikan yang diajarkan Rasulullah bervariasi. Menurut Prof. Dr.
Muhammad ‘Ajjal al Khatib, metode variasi ini, baik digunakan dalam materi
pelajaran manapun.[6]
4. Metode Keteladanan (Al
Uswah wa Al Qudwah)
Ketika Rasulullah Muhammad SAW memberikan sebuah materi yang berkaitan
pola perilaku atau tingkah laku yang berkaitan dengan aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari, sebelum beliau menyampaikan kepada peserta didik, terlebih dahulu
beliau melakukannya dalam perbuatan sehari-hari. Dengan hal demikian, maka
peserta didik akan lebih cepat memahami ajaran Rasulullah.
Selain itu, dalam Al Qur’an juga telah disebutkab bahwa:
“sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suatu suri
tauladan yang baik”. (Qs. Al-Ahzab: 21)
5. Metode Aplikatif ( At
Tatbiqi Wa Al ‘Amali)
Apabila Rasulullah sudah memberikan teladan-teladan dalam
ajaran-ajaran yang beliau sampaikan kepada peserta didik, maka pada gilirannya
peserta didikpun langsung mempraktikan dan mengaplikasikan ajaran – ajaran itu
dalam kehidupan sehari – hari. Pendidikan Nabi Muhammad SAW tidak sekedar
menyampaikan materi pelajaran saja, melainkan juga langsung diamalkan.
6. Metode Pengulangan (Al
Taqrir Wa Al Muraja’ah)
Metode pengulangan menjadi salah satu metode yang digunakan
beliau, karena dianggap perlu dan penting untuk dilakukan khususnya dalam
materi pelajaran yang penting-penting.
7. Metode Evaluasi (Al-Taqyim)
Sebuah metode yang digunakan oleh Rasul dalam penyampaian materi
pelarannya, dimana beliau tidak hanya berhenti setelah sudah memberikan materi
kepada peserta didik, akan tetapi beliau juga melakukan sebuah tindakan monitoring dan evaluating. Dalam
hal ini, beliau mengawasi dan mengevaluasi mereka. Apabila terdapat kekeliruan,
maka neliau langsung mengoreksinya. Oleh karena kekeliruan tersebut bisa
diketahui langsung oleh beliau dan terkadang diketahui lewat laporan dari
seseorang sahabat.
8. Metode Dialog (Al-Hiwar)
Metode pendidikan Rasulullah selanjutnya adalah Al
Hiwar yaitu dialog, Tanya jawab. Dalam hal ini rasul, berperan sebagai
penanya dan pendialog. Sementara peserta didiknya yang diajak dialog. Dengan
metode ini, beliau membentuk peserta untuk melakukan perubahan yaitu dari tidak
tahu menjadi mengetahui, kemudian dan memahami, dan yang selanjutnya sampai ke
posisi meyakini. Metode ini banyak mewarnai system pendidikan Islam pada masa
Rasulullah SAW.
9. Metode Analogi (Al-Qiyas)
Penerapan metode ini dalam pendidikan Rasul, disini beliau
seringkali menyebutkan ungkapan-ungkapan dalam mengajarkan agama Islam kepada
peserta didik.
10. Metode Cerita
Metode ini dikemas dengan cara bercerita. Untuk menanamkan
ajaran-ajaran Islam kepada peserta didik, Rasul seringkali menuturkan kisah
orang – orang terdahulu.
gambar: http://www.kabarmuslimah.com/
0 Response to "Pendidikan ala Rasulullah SAW"
Post a Comment